Tujuh Putra Terbaik Bangsa
Pada Tahun 2011 yang lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan penganugerahan Pahlawan Nasional kepada tujuh putera dan puteri terbaik Indonesia untuk memperingati hari Pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November .
Gelar Pahlawan Nasional itu diberikan oleh Pak SBY di Istana Negara secara langsung kepada para ahli waris kejutuh pejuang kemerdekaan Indonesia.
Siapa saja mereka?

Syafruddin Prawiranegara,Sang Penyelamat Republik Indonesia, foto:wikipedia
1. Syafruddin Prawiranegara (28 Februari 1911-15 Februari 1989)
Peran Syafruddin Prawiranegara sangat besar pada saat Indonesia dilanda agresi militer Belanda II. Saat itu Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda, Soekarno-Hatta ditawan Belanda.
Saat itu, Pak Syafruddin ditugasi membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) pada 22 Desember 1948 di Sumatera Barat.
Selama 6 bulan, Syafruddin menjalankan pemerintahan RI dari dalam belantara hutan.
Mereka terus meneriakkan bahwa Pemerintahan Indonesia masih ada. Aksi Syafruddin itu berhasil. Dunia internasional pun Belanda untuk menghentikan agresi militernya.
Tanpa PDRI, belum tentu Belanda akan maju ke meja perundingan. Syafruddin menyelamatkan republik, tapi selama puluhan tahun jasanya seolah dilupakan.
2. Dr. KH. Idham Chalid (27 Agustus 1921-11 Juli 2010)
Dr. KH. Idham Chalid adalah salah satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU). Beliau adalah salah satu Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama dari tahun 1956 hingga 1984.
Pak Idham pernah juga menjabat sebagai menteri saat Orde Lama dan Orde Baru. Dan ketika kabinet dipegang oleh Ali Sastroamidjojo II (Orde Lama), Pak Idham menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri.
Saat Orde Baru, Idham pernah menjadi Ketua DPR (1968-1977), serta Ketua MPR (1971-1977). Idham sering dijuluki guru politik orang NU.

Buya Hamka, beliau juga seorang jurnalis. foto:blogspot.com
3. Prof. Dr. H Abdul Malik Karim Amrullah (17 Februari 1908-24 Juli 1981)
Inilah si Buya Hamka. Memang, H. Abdul Malik Karim ini lebih dikenal dengan panggilan Buya Hamka ketimbang nama aslinya.
Dunia politik tak secara langsung ia lakoni. Menjadi penulis karya sastra, sekaligus politisi dan pejuang adalah hidupnya.
Meski namanya lebih dikenal sebagai seorang penulis karya sastra, Buya Hamka tetap menyoroti kondisi politik dan sosial semasa perang kemerdekaan Indonesia.
Pemikiran beliau dituangkan dalam tulisan seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck , dan Di Bawah Lindungan Ka'bah. Sayang, pada masa Pemerintahan Presiden Soekarno, Buya Hamka dijebloskan ke dalam penjara.
4. Ki Sarmidi Mangunsarkoro (23 Mei 1904-8 Juni 1957)
Ki Sarmidi Mangunsarkoro adalah salah satu tokoh pendidikan nasional.
Dia mendirikan Perguruan Taman Siswa di Jakarta, atas restu Ki Hajar Dewantara. Tak hanya itu, beliau juga ditugasi memodernisasi Taman Siswa dan menyusun kurikulumnya.
Mangunsarkoro juga berpolitik menentang kolonialisme Belanda. Pada Kongres Sumpah Pemuda tahun 1928, dia ikut berpidato menekankan pentingnya pendidikan nasional.
Beliau pun menentang keras politik kompromi dengan Belanda saat Perjanjian Renville dan Linggarjati.
Dia juga beberapa kali menjabat sebagai Menteri Pendidikan pada masa Soekarno. Jasanya yang lain adalah ikut berperan dalam mendirikan Universitas Gajah Mada.
5. I Gusti Ketut Pudja (19 Mei 1908-4 Mei 1977)
I Gusti Ketut Pudja adalah salah satu anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dia mewakili Sunda Kecil, yaitu Bali dan Nusa Tenggara.
Pudja ikut hadir di Rumah Laksamana Maeda 16 Agustus 1945 saat persiapan kemerdekaan RI. Kemudian dia diangkat Soekarno menjadi Gubernur Sunda Kecil.
Saat itu walau Jepang sudah menyerah, tetap saja mereka masih berkuasa di sejumlah daerah di Bali.
Pudja sempat ditangkap tentara Jepang saat para pemuda gagal melucuti senjata Jepang akhir tahun 1945. Pudja juga ditugasi Soekarno menjadi pejabat di Departemen Dalam Negeri.
6. Sri Susuhunan Pakubuwono X (29 November 1866-1 Februari 1939)
Sri Susuhunan Pakubuwono X bernama asli Raden Mas Malikul Kusno. Malikul Kusno naik takhta sebagai Pakubuwono X pada tanggal 30 Maret 1893 menggantikan ayahnya.
Kepemimpinannya merupakan penanda babak baru bagi Kasunanan Surakarta dari kerajaan tradisional menuju era modern.
Asal kamu tahu saja, Pakubuwono X cukup memiliki arti penting bagi pergerakan nasional. Beliau mendukung organisasi Sarekat Islam cabang Solo, Jawa Tengah.
7. Ignatius Joseph Kasimo (1900-1 Agustus 1986)
Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono adalah pendiri Partai Politik Katolik Indonesia (PPKI). Ia juga merupakan salah satu pelopor kemerdekaan Indonesia.
Kasimo adalah salah satu anggota Volksraad antara tahun 1931-1942. Ia ikut menandatangani petisi Soetardjo yang menginginkan kemerdekaan Hindia-Belanda.
Pada masa kemerdekaan awal, PPKI yang dilarang oleh Jepang dihidupkan kembali atas gagasan Kasimo dan berubah nama menjadi Partai Katolik Republik Indonesia.
Antara tahun 1947-1949 ia duduk sebagai Menteri Muda Kemakmuran dalam Kabinet Amir Sjarifuddin, Menteri Persediaan Makanan Rakyat dalam Kabinet Hatta I dan Hatta II.
Dalam kabinet peralihan atau Kabinet Soesanto Tirtoprodjo ia juga menjabat sebagai menteri. Kasimo pun juga pernah ikut menjadi anggota Delegasi Perundingan Republik Indonesia. Di masa orde baru, Kasimo sempat menjadi Ketua DPA.
Ohya, selain memberi gelar Pahlawan Nasional, SBY juga memberi tanda kehormatan kepada 10 tokoh dari kalangan budayawan.
Hm, meskipun pahlawan dan budayawan baru ini datang dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda tentunya semua berjasa untuk Indonesia.
Nah, kamu sebagai generasi muda penerus bangsa jangan lupa tunjukan semangat untuk meneruskan perjuangan mereka yaa...
Sumber : http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Sekitar-Kita/Pengetahuan-Umum/Tujuh-Putra-Terbaik-Bangsa
Post a Comment for "Tujuh Putra Terbaik Bangsa"